IP

Sejarah Pembangunan Rumah Adat Karo | 2. Masa Pembangunan Siwaluh Jabu ( Majekken Tiang )


Mahat. Pada waktu mahat orang yang memiliki rumah tersebut memanggil 5 orang kawannya dari setiap jabu yang lain di kampung tersebut dan masing - masing membawa perkakasnya untuk mengerjakan atau memahat kayu - kayu yang ada. Pahatan pertama dilakukan oleh dukun dan kemudian dilanjutkan oleh orang lain. Sebelum dukun memulai memahatnya. Lebih dahulu diletakkannya di sisi kayu itu di atas tikar umbu - umbuan ( ramuan ) yang berisi : pisang, cimpa, beras kuning, beras hitam, beras merah, beras biasa, becil padi ( padi yang digoreng ) dan telur, serta ayam merah yang sudah di sembelih. Dan kayu - kayu itu harus selesai satu hari itu juga.
Ngampeken tekang, setelah tiang - tiang itu berdiri semua dan ramuan - ramuan perkayuan yang besar - besar telah dipasang, terkira pekerjaan tukang sudah selesai separuh. Maka selanjutnya diadakan upacara ngampeken tekang.
Dalam upacara ini diundang orang - orang sekampung untuk makan bersama sebagai balas budi karena telah ikut serta menarik kayu.
Kayu
- kayu yang telah terpasang dan telah dilobangi itu dihubungkan satu dengan yang lain. Dan kemudian ditegakan dengan menggunakan batu padas.
Mendirikan batu padas pertama di sebelah sudut jabu bena kayu ditentukan dengan jalan padi
- padi dan di tempat itu dukun meletakkan besi mersik dan belo cawir. Setelah segala kayu terpasang dan kerangka sudah mulai berdiri tegak. Maka tukang akan menghamburkan beras dan jagung dari atas kerangka rumah tersebut, supaya ayam - ayam datang.
Kemudian ijuk - ijuk yang telah dikumpulkan mulai dibentangkan dengan ukuran yang tertentu dan cara yang telah ditentukan. Ngampeken ayo, pada bagian depan rumah digantungkan muka atau ayo dari rumah itu. Biasanya ayo itu terbuat dari anyaman bambu atau papan yang sudah diukur dengan ukiran - ukiran karo dan diberi bermacam - macam warna yang cocok yang sedap dipandang mata. Pada umumnya digunakan warna merah, hitam dan putih. Sebelah bawah dari ayo itu dipasang sebilah papan yang memanjang yang juga diberi ukiran.
Memasang tanduk rumah, tanduk itu berasal dari tanduk kerbau, kedua bubungan kepala rumah dipasang tanduk.
Pada waktu memasang tanduk kerbau tukang akan bertanya dari atas kepada orang yang melintas dari rumah tersebut dan bertanya : Sudah tepatkah posisi tanduk ini, kurang ke kanan atau ke kirikah? Biasanya orang yang lewat diam saja mendengar pertanyaan dari tukang itu sebab barang siapa yang menjawabnya, dipercayai kepadanya akan jatuh segala yang tidak baik ( kesialan ) dari yang empunya rumah. Memasang tanduk itu biasanya dilakukan pada malam hari. Dan pada bagian akhir dikerjakan ture ( kaki lima rumah adat ) dan tangganya yang kerap berjumlah tiga sebagai simbol rakut sitelu .


Copy-Paste adalah perbuatan yang mencerminkan keburukan mental anak bangsa. Dilarang Mengcopy Sebagian atau keseluruhan dari artikel ini tanpa mencantumkan alamat blog ini http://www.bung-erdi.co.cc 
Blog ini telah terproteksi dengan Copyscape.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentarnya :)