Mahat. Pada waktu mahat orang yang
memiliki rumah tersebut memanggil 5 orang kawannya dari setiap jabu yang lain
di kampung tersebut dan masing - masing membawa
perkakasnya untuk mengerjakan atau memahat kayu - kayu
yang ada. Pahatan pertama dilakukan oleh dukun dan kemudian dilanjutkan oleh
orang lain. Sebelum dukun memulai memahatnya. Lebih dahulu diletakkannya di
sisi kayu itu di atas tikar umbu - umbuan ( ramuan ) yang berisi : pisang, cimpa, beras kuning, beras hitam,
beras merah, beras biasa, becil padi ( padi yang digoreng ) dan
telur, serta ayam merah yang sudah di sembelih. Dan kayu - kayu itu harus selesai satu hari itu juga.
Ngampeken tekang, setelah tiang - tiang itu berdiri semua dan ramuan - ramuan perkayuan yang besar - besar telah dipasang, terkira pekerjaan tukang sudah
selesai separuh. Maka selanjutnya diadakan upacara ngampeken tekang.
Dalam upacara ini diundang orang - orang sekampung untuk makan bersama sebagai balas budi
karena telah ikut serta menarik kayu.
Kayu - kayu yang telah terpasang dan telah dilobangi itu dihubungkan satu dengan yang lain. Dan kemudian ditegakan dengan menggunakan batu padas.
Mendirikan batu padas pertama di sebelah sudut jabu bena kayu ditentukan dengan jalan padi - padi dan di tempat itu dukun meletakkan besi mersik dan belo cawir. Setelah segala kayu terpasang dan kerangka sudah mulai berdiri tegak. Maka tukang akan menghamburkan beras dan jagung dari atas kerangka rumah tersebut, supaya ayam - ayam datang.
Kayu - kayu yang telah terpasang dan telah dilobangi itu dihubungkan satu dengan yang lain. Dan kemudian ditegakan dengan menggunakan batu padas.
Mendirikan batu padas pertama di sebelah sudut jabu bena kayu ditentukan dengan jalan padi - padi dan di tempat itu dukun meletakkan besi mersik dan belo cawir. Setelah segala kayu terpasang dan kerangka sudah mulai berdiri tegak. Maka tukang akan menghamburkan beras dan jagung dari atas kerangka rumah tersebut, supaya ayam - ayam datang.
Kemudian ijuk - ijuk yang telah dikumpulkan mulai dibentangkan dengan
ukuran yang tertentu dan cara yang telah ditentukan. Ngampeken ayo, pada bagian depan rumah
digantungkan muka atau ayo dari rumah itu. Biasanya ayo itu terbuat dari
anyaman bambu atau papan yang sudah diukur dengan ukiran - ukiran karo dan diberi bermacam - macam warna yang cocok yang sedap dipandang mata. Pada
umumnya digunakan warna merah, hitam dan putih. Sebelah bawah dari ayo itu
dipasang sebilah papan yang memanjang yang juga diberi ukiran.
Memasang tanduk rumah, tanduk itu berasal dari tanduk kerbau, kedua bubungan kepala rumah dipasang tanduk.
Memasang tanduk rumah, tanduk itu berasal dari tanduk kerbau, kedua bubungan kepala rumah dipasang tanduk.
Pada waktu memasang tanduk kerbau
tukang akan bertanya dari atas kepada orang yang melintas dari rumah tersebut
dan bertanya : Sudah tepatkah posisi tanduk ini, kurang ke kanan atau ke
kirikah? Biasanya orang yang
lewat diam saja mendengar pertanyaan dari tukang itu sebab barang siapa yang
menjawabnya, dipercayai kepadanya akan jatuh segala yang tidak baik ( kesialan ) dari yang empunya rumah. Memasang
tanduk itu biasanya dilakukan pada malam hari. Dan pada bagian akhir dikerjakan
ture ( kaki lima rumah adat ) dan tangganya yang kerap berjumlah
tiga sebagai simbol rakut sitelu .
Copy-Paste adalah perbuatan yang mencerminkan keburukan mental anak bangsa. Dilarang Mengcopy Sebagian atau keseluruhan dari artikel ini tanpa mencantumkan alamat blog ini http://www.bung-erdi.co.cc
Blog ini telah terproteksi dengan Copyscape.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentarnya :)