Proud to be an Indonesian People

Indonesia, a Country With Many Cultures. United with the Pancasila

University of Riau

A university located in the city of Pekanbaru, Indonesia. is a place where I studied biological sciences.

Seberaya Village

A beloved village, where I was educated and brought up by my parents, Drs. Raya Wilson S and Josepinna br Pinem Am.Pd . This village is a cultural village with a variety of cultural attractions to visit, such as lau biang rivers, Juma Purba HIll, Gundala-gundala seberaya, the tomb of Putri Hijau. The village is situated near the city of Berastagi is in the district karo, Northern Sumatra, Indonesia

Belgium

Belgium, a country that since childhood I wished to visit. I promise I'll set my foot in this country someday. I wait for Belgium!

Matauli Senior High School

A high school where I got a lot of friends. Many unforgettable memories from this school. memories about friendship, about faith, about love, about the dormitory, about school, about mark timothy, about the exam, and about everything, I will never forget this school. It is located in the Pandan city, Center Tapanuli District, North Sumatra.

IP

Sejarah Pembangunan Rumah Adat Karo | 3. Pasca Pembangunan Siwaluh Jabu ( Mbengketi Jabu Simbaru )


Dalam buku Ginting, Samaria yang berjudul “Ragam Hias ( ORNAMEN ) Rumah Adat Batak Karo” seminggu sebelum memasuki rumah baru, pergilah tukang ke hutan untuk mengambil Kempawa ( sebangsa bunga – bungan ). Kemudian kempawa itu diikatkan pada tangga ke atas rumah tersebut. Hari untuk memasuki rumah baru ditentukan oleh dukun wari - wari. Untuk memasuki rumah baru itu yang akan menempati rumah tersebut harus mengambil daun - daun si melias gelar, yang dimana kemudian daun - daun itu akan dibagikan kepada tiap - tiap jabu dari rumah itu. Maksudnya sebagai undangan supaya orang hadir pada saat memasuki rumah / jabu yang baru, dalam suku Karo disebut dengan Mbengketi Jabu Simbaru. Sebab dalam ketentuan adat bahwa rumah yang baru itu harus ditempati secara bersama - sama tidak boleh sendiri - sendiri atau telah ditempati pada hari - hari yang berbeda - beda.
Acara ini dibuat sebagai suatu pernyataan bahwa suatu pernyataan telah selesai suatu pekerjaan yang besar dan mulia, karena sewaktu mengerjakan menyita banyak waktu dan tenaga di samping sebagai tanda bahwa rumah tersebut telah resmi untuk ditempati.
Penghuni jabu bena kayu ( penghulu rumah ) yang pertama kali masuk, kemudian diikuti oleh penghuni selanjutnya secara berturut - turut melalui pintu jabu bena kayu. Sewaktu memasuki rumah itu, kepala rumah membawa tanah dalam baka ( bakul ) dengan iringan seorang gadis yang kedua orang tuanya masih sehat. Selain itu ada juga dibawa rudang - rudang si melias gelar itu. Sewaktu melangkahkan kaki memasuki rumah tersebut menurut adat hadirin akan bersorak alop - alopa, wa wa - wa, demikianlah diserukan sampai semua penghuni jabu tersebut duduk di jabunya masing - masing. Setelah itu setiap jabu akan merebus sebutir telur. Telur yang telah direbus itu kemudian dikupas dan diserahkan kepada dukun untuk diteliti dengan mantra tertentu untuk melihat apakah baik atau burukkah acara itu dilaksanakan itu. Dan acara diakhiri dengan makan cimpa bersama - sama.
 
Copy-Paste adalah perbuatan yang mencerminkan keburukan mental anak bangsa. Dilarang Mengcopy Sebagian atau keseluruhan dari artikel ini tanpa mencantumkan alamat blog ini http://www.bung-erdi.co.cc 
Blog ini telah terproteksi dengan Copyscape.

Sejarah Pembangunan Rumah Adat Karo | 2. Masa Pembangunan Siwaluh Jabu ( Majekken Tiang )


Mahat. Pada waktu mahat orang yang memiliki rumah tersebut memanggil 5 orang kawannya dari setiap jabu yang lain di kampung tersebut dan masing - masing membawa perkakasnya untuk mengerjakan atau memahat kayu - kayu yang ada. Pahatan pertama dilakukan oleh dukun dan kemudian dilanjutkan oleh orang lain. Sebelum dukun memulai memahatnya. Lebih dahulu diletakkannya di sisi kayu itu di atas tikar umbu - umbuan ( ramuan ) yang berisi : pisang, cimpa, beras kuning, beras hitam, beras merah, beras biasa, becil padi ( padi yang digoreng ) dan telur, serta ayam merah yang sudah di sembelih. Dan kayu - kayu itu harus selesai satu hari itu juga.
Ngampeken tekang, setelah tiang - tiang itu berdiri semua dan ramuan - ramuan perkayuan yang besar - besar telah dipasang, terkira pekerjaan tukang sudah selesai separuh. Maka selanjutnya diadakan upacara ngampeken tekang.
Dalam upacara ini diundang orang - orang sekampung untuk makan bersama sebagai balas budi karena telah ikut serta menarik kayu.
Kayu
- kayu yang telah terpasang dan telah dilobangi itu dihubungkan satu dengan yang lain. Dan kemudian ditegakan dengan menggunakan batu padas.
Mendirikan batu padas pertama di sebelah sudut jabu bena kayu ditentukan dengan jalan padi
- padi dan di tempat itu dukun meletakkan besi mersik dan belo cawir. Setelah segala kayu terpasang dan kerangka sudah mulai berdiri tegak. Maka tukang akan menghamburkan beras dan jagung dari atas kerangka rumah tersebut, supaya ayam - ayam datang.
Kemudian ijuk - ijuk yang telah dikumpulkan mulai dibentangkan dengan ukuran yang tertentu dan cara yang telah ditentukan. Ngampeken ayo, pada bagian depan rumah digantungkan muka atau ayo dari rumah itu. Biasanya ayo itu terbuat dari anyaman bambu atau papan yang sudah diukur dengan ukiran - ukiran karo dan diberi bermacam - macam warna yang cocok yang sedap dipandang mata. Pada umumnya digunakan warna merah, hitam dan putih. Sebelah bawah dari ayo itu dipasang sebilah papan yang memanjang yang juga diberi ukiran.
Memasang tanduk rumah, tanduk itu berasal dari tanduk kerbau, kedua bubungan kepala rumah dipasang tanduk.
Pada waktu memasang tanduk kerbau tukang akan bertanya dari atas kepada orang yang melintas dari rumah tersebut dan bertanya : Sudah tepatkah posisi tanduk ini, kurang ke kanan atau ke kirikah? Biasanya orang yang lewat diam saja mendengar pertanyaan dari tukang itu sebab barang siapa yang menjawabnya, dipercayai kepadanya akan jatuh segala yang tidak baik ( kesialan ) dari yang empunya rumah. Memasang tanduk itu biasanya dilakukan pada malam hari. Dan pada bagian akhir dikerjakan ture ( kaki lima rumah adat ) dan tangganya yang kerap berjumlah tiga sebagai simbol rakut sitelu .


Copy-Paste adalah perbuatan yang mencerminkan keburukan mental anak bangsa. Dilarang Mengcopy Sebagian atau keseluruhan dari artikel ini tanpa mencantumkan alamat blog ini http://www.bung-erdi.co.cc 
Blog ini telah terproteksi dengan Copyscape.

Sejarah Pembangunan Rumah Adat Karo | 1. Pra pembangunan Siwaluh Jabu


Mula - mula berembuklah semua orang yang hendak turut mendirikan rumah adat itu. Setelah perembukan itu selesai dan sudah dapat diputuskan maka dipanggillah “ pandai tua ” ( tukang yang menjadi kepala untuk mendirikan rumah- pemborong ) dan Guru Sibaso ( dukun ). Dari dukun tersebut ditanyakan hari yang baik untuk menebang pohon ke hutan guna keperluan pembangunan rumah tersebut. Biasanya hari yang baik itu ialah pada hari “ Salangsai ”.
Pada waktu yang sudah ditentukan itu, pergilah orang - orang yang akan mendirikan rumah itu ke hutan bersama dukun tersebut dan gadis yang kedua orang tuanya masih sehat.
Pertama kali ditebanglah kayu Nderasi. Dipilih pohon tersebut karena namanya dalam pengucapan sama dengan serasi ( seia, sekata, sejalan ). Diharapkan dengan menggunakan pohon Nderasi tersebut siapa yang tinggal di rumah ini kelak dan para pembangunnya dapat hidup dengan serasi. Sebelum pohon tersebut ditebang di bawah pohon itu diletakkan Belo Cawir dan Kampil Tumba ( tempat sirih ).
Pak Ginting ( Desa Lingga, 45 Tahun ) menuturkan bahwa pada waktu dilakukan penebangan pertama, hendaklah diperhatikan apakah penebangan pertama itu baik menurut gerek - gereken yang hanya dukun sanggup untuk menerangkannya. Apabila penebangan pertama itu tidak baik diulangi lagi sehingga menurut gerek - gereken itu semuanya baik. Pangkal pohon itu dipotong dan dikupas sedikit serta diikatkan daun simalem-malem daun itu terdiri dari : daun sangketen, daun jung - jung bukit, jabi - jabi, dan bertuk. Dan dilakukan oleh gadis itu.
Kemudian Nderasi yang diikat dengan daun simalem - malem itu dibawa oleh gadis itu ke kampung dan sepanjang jalan diserukan alop - alopa, wa wa - wa. Dan sesampainya di rumah makanlah semua orang. Dan seharian itu satu orang pun tidak boleh bekerja.
Setelah pohon - pohon itu dipilih dan ditandai dengan daun simalem - malem, maka keesokan harinya yakni hari kedua orang berduyun - duyun berangkat ke hutan untuk menebang kayu Nderasi itu, pandai tua juga pergi ke hutan untuk menebang kayu Sebernaik yang dianggap juga bertuah.
Pada hari yang ketiga dan keempat dicari dan ditebang lagi beberapa kayu yang lain dan perlu untuk mendirikan rumah tersebut.
Pada hari kelima disebut wari Pesalangken. Dimana pada hari ini adalah hari libur bagi para pekerja. Pada hari ke enam masih dicari kayu yang masih kurang. Pada hari ketujuh, para tukang dan pemilik rumah berembuk untuk menetapkan hari pebelit - belitken yakni membuat dan mengikat suatu perjanjian, dan hasilnya disampaikan kepada penghulu kampung ( kepala desa ) dan kepada terpuk ( bagian-bagian ) kampung. Makanan selama pebelit - belitken itu ditanggung oleh orang - orang yang ingin membangun rumah tersebut dan ada ketentuan-ketentuan mengenai hal tersebut.
Pak Ginting menuturkan dalam pembelit - belitken tersebut dibicarakan beberapa upah tukang, bagaimana pembayaran upah itu, kapan bangunan itu selesai, apa - apa saja kewajiban tukang dan pemilik rumah itu, hal - hal itulah yang paling utama dipercakapkan pada hari itu. Untuk menguatkan perjanjiannya kedua pihak antara tukang dan siempunya rumah saling memberikan belit ( jaminan ) untuk menanggung apabila salah satu pihak tidak menjalankan kesepakatan.Setelah perjanjian kedua belah pihak teguh maka tukang pun meneruskan perjanjiannya. Untuk mengangkut kayu - kayu tersebut dari hutan dengan bantuan masyarakat kampung.

Copy-Paste adalah perbuatan yang mencerminkan keburukan mental anak bangsa. Dilarang Mengcopy Sebagian atau keseluruhan dari artikel ini tanpa mencantumkan alamat blog ini http://www.bung-erdi.co.cc
Blog ini telah terproteksi dengan Copyscape.


The New Banner and Advertisement

Hahah, ternyata perjuangan itu gak ada yang sia-sia ya, tampilan blogku udah agak berubah walaupun gak banyak, ya aku sedikit bangga lah dengan buatan aku sendiri :). Lirik punya lirik jam tanganku udah nunjukin 01.40 WIB, gak terasa juga yaa.
Proses metamorfosis blognya memang tak banyak, tapi cukup membuat dahi berkeringat karena minimnya pengetahuan sehingga harus cari-cari referensi ke tempat abang-abang dan kakak-kakak blogger terdahulu yang sudah mendahului jagad perblogeran.
Oiya, aku uda punya space buat iklan. Harganya murah kok, bagi kalian-kalian yang pengen promosi silahkan di 085275171635, mumpung masih ada space yang kosong, soalnya yang satunya udah diisi tuh, :).
Okey berikut gambar-gambar rmetamorfosis blognya






Semoga dengan perubahan ini. Blog ini semakin bermanfaat. Amin
Tuhan Yesus Memberkati :)

Renungan Mingguan 29 Januari 2012 | Yesus Mengajar di Bait Allah


Minggu, 29 Januari 2012
Pekan Biasa IV (H)
Ul 18:15-20,
Mzm 95:1-2,6-7,8-9,
1Kor 7:32-35,
Mrk 1:21-28
Bacaan Injil : Mrk. 1:21–28

Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera ma­suk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pe­­ngajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka se­­ba­­gai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Pada waktu itu di dalam ru­mah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: ”Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Eng­kau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: ”Diam, keluarlah dari padanya!” Roh jahat itu meng­goncang-goncang orang itu, dan sambil men­jerit dengan suara nyaring ia keluar dari pada­nya. Mereka semua takjub, sehingga me­re­ka memperbincangkannya, katanya: ”Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya.” Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea.

Renungan:
  Pada saat hari sabat orang Yahudi, Tuhan Yesus datang dan masuk ke dalam bait Allah dan mengajar orang-orang yang ada di dalam rumah ibadat tersebut. Semua orang keheranan sebab pengajaran yang diajarkan oleh Yesus sama sekali berbeda dengan pengajaran-pengajaran seperti biasanya pada hari sabat, sebab yang diajarkan Yesus adalah ajaran Bapa-Nya sendiri serta dalam mengajarkan pengajaran itu Dia penuh dengan kuasa sehingga setiap orang yang mendengarkan merasakan kasih pemenuhan sukacita dan perasaan kepuasan imani yang tak pernah didapatkan dari para Imam-imam biasanya.
   Kemudian seorang yang tengah kerasukan setan masuk ke dalam Rumah Tuhan tersebut dan Ia pun mengakui bahwa Yesus itu adalah Tuhan, setan dalam orang tersebut takut, sehingga ia mengatakan: ”Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Eng­kau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” Namun Yesus menghardik setan itu dan segeralah setan itu keluar dari dalam tubuh orang tersebut. Bahkan Orang yang kerasukan setan saja dapat dibuat Tuhan menjadi baik kembali.
   Di kehidupan nyata kita pun sering menjumpai setan-setan dalam kehidupan kita. Sebenarnya setan-setan itu bukanlah hadir dalam bentuk wujud nyata seperti yang sering ditunjukkan film-film horror buatan anak negeri kita, bukanlah tampil seperti hantu jeruk purut, pocong, begu ganjang,dll namun setan itu hadir dalam tingkah laku kita yang tidak sesuai dengan kehendak Bapa.
Bila kita hidup dalam ketidakselarasan dengan kehendak Allah Bapa maka bias jadi kitalah yang orang-orang sebut sebagai pocong, begu ganjang, dll. Mungkin para pembaca terkejut atau tidak setuju dengan pendaapat saya, namun itulah yang saya pahami. Bagi para remaja seperti saya, bila kita tidak menghormati orang tua kita maka bias jadi kitalah pocong tersebut, karena jika kita melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak selaras dengan keinginan Tuhan maka itu artinya kita melakukan keinginan si jahat, dan tentu saja kita bisa disebut anak dari si jahat yang boleh disebut kita itu adalah setan pocong dll.
   Kita tentu tidak mau disebut sebagai setan pocong dll, oleh karena itu kita perlu hidup dalam tuntunan Allah Bapa agar hidup kita selaras dengan-Nya. Satu hal yang perlu ditekankan dalam hal ini adalah, kita kerap kali ingin melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan kehendak Bapa, namun dalam prakteknya kita malah sering kali menjauh dari kehendak Bapa tersebut. Agar hal itu tudak terjadi dalam kehidupan kita, maka kita perlu pertolongan Allah Bapa untuk ikut campur tangan menguatkan kita dalam menjalani hidup yang selaras dengan kehendak-Nya, karena kita tidak bias sendiri, kita haruslah bersama Tuhan senantiasa. Karena Tuhan adalah kasih, dimana ada kasih, disitu ada Tuhan. Jadi mohonkalah kasih dari Tuhan kita Yesus Kristus.
Jesus Bless Us | erdianta

Renungan ini boleh disebarluaskan asalkan mencantumkan alamat blog ini http://www.bung-erdi.co.cc/